Saturday, January 23, 2010

Perbedaan itu Indah :)


Perbedaan itu mutlak. Setiap hal yg kita lakukan, pasti ada yg namanya perbedaan. Entah itu perbedaan pendapat, karakter, dll. Mungkin hal yg paling konkrit yg terjadi adalah perbedaan agama. Saya heran, kenapa perbedaan yg satu ini selalu menimbulkan masalah yg bertubi-tubi, seolah-olah tidak ada akhirnya. Berujung pada kematian, percekcokan, dan banyak lagi yg menjurus ke kriminalitas. Kenapa sih? Apa perbedaan yg satu ini segitu sulitnya disatukan? -.-

Bicara tentang perbedaan agama, saya bukan termasuk tipe orang yg fanatik dengan agama saya sendiri. Memang dari kecil saya di didik secara Kristiani, tapi bukan berarti saya kolot dan ga mau tau dengan agama lain. Saya hidup di Indonesia yg mayoritas penduduknya adalah Muslim. Sebagai kaum minoritas, saya ga pernah menganggap saya minoritas. Masalah memilih agama dan kepercayaan adalah masalah hati dan pilihan. Pada dasarnya semua agama mengajarkan hal yg sama, hanya saja cara menyampaikannya berbeda. Ini nyata dan mutlak.

Saya lahir di Aceh. Semua orang tau kalo Aceh itu mayoritas penduduknya Muslim, bisa diliat dari julukannya sebagai Serambi Mekkah. Sampai SD kelas 6, saya sekolah di Aceh. Sekolah saya swasta, milik perusahaan tempat ayah saya kerja, tapi swasta yg umum. Sebelum dan sesudah sekolah, kami wajib membaca surat Al-Fatihah. Tidak heran kalo saya hafal, bahkan sampai sekarang :D Mata pelajaran agama Islam adalah mata pelajaran wajib. Saya juga harus ikut, tetapi hanya sebatas pelajaran. Saat ujian, saya diberi soal lain, soal ujian yg dibuat oleh Sekolah Minggu Gereja saya. Ada satu mapel lagi, namanya Tulisan Arab. Mapel ini jadi salah satu muatan lokal (mata pelajaran pilihan, tergantung pilihan sekolah). Saya juga wajib ikut. Saya belajar menulis Arab. Ternyata menyenangkan juga, apalagi kalo liat temen-temen ikut lomba kaligrafi, bagus bagus :) Tapi bukan berarti kehidupan agama saya sendiri luntur, tiap minggu saya sekolah minggu. Sangat menyenangkan :) Tiap Jumat ada Persekutuan Doa Keluarga di komplek tempat saya tinggal. Asiik, seru. Saya merasa hidup saya lebih seimbang.

Sekitar pertengahan kelas 6 SD, saya pindah ke Salatiga karena suasana Aceh yg mulai mencekam karena adanya GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Di Salatiga, saya di sekolahkan di SD Kristen karena ortu memang mencarikan sekolah swasta. Kebetulah om saya kerja di sana, jadi gampang link-nya :) Walaupun cuma 7 bulan, saya suka banget sekolah ini, saya bisa belajar banyak, belajar hidup di Jawa tentunya :D

SMP dan SMA saya di sekolah Kristen, masih satu yayasan dengan SD saya. Pendidikan Kristen kental sekali, saya semakin paham dengan agama saya. Keuntungan di sekolah seperti ini, iman saya bisa lebih kuat dengan lingkungan teman-teman seiman. Tapi bukan berarti saya jadi fanatik. Teman saya yg non-Kristiani juga banyak sekali. Saya bukan tipe orang yg terlalu mementingkan hal seperti itu. Asal dia baik, ga masalah berteman :) Lulus SMA, saya kuliah di universitas Katolik.

Walaupun saya lama sekolah dengan latar belakang pendidikan Kristiani, saya tetap lebih lama tinggal di Aceh dengan latar belakang Muslim yg kuat. Yg saya rasakan justru kehidupan agama di Aceh lebih menyenangkan. Mereka justru lebih bisa menghargai agama lain yg minoritas menurut saya. Mungkin ada beberapa orang yg fanatik, tapi mostly mereka care :)

Saya ga pernah nemuin Natal yg lebih menyenangkan daripada di Aceh, sampai saat ini. kami di sini minoritas, dari sekitar 600an keluarga, hanya sekitar 20 keluarga yg Kristiani, sisanya agama lain. Tapi justru mereka-lah yg bikin Natal kami jadi luar biasa :) Setiap Natal, keluarga saya pasti open house. H-1, tamu terus berdatangan, bahkan sampai jam 12 malam. Pokoknya, kalo pintu rumah ga ditutup, tamu akan datang terus. Kadang ga enak juga, tapi ya mo gimana lagi, uda malem, capek :p Besoknya, tamu masih terus berdatangan, sampai sekitar 3 hari. Di sinilah, kami merasa sangat dihargai. Begitu Lebaran, gantian saya yg keliling komplek, makan gratis, hhihi. Beda dengan di Jawa, mereka ga se-care Aceh. Tamu yg datang, paling sebatas mengucapkan selamat Natal, lalu pulang. That's it! Ga seru banget! Saya lebih suka Aceh. Saya ga suka tinggal di Jawa, Sumatra lebih enak :) *lahh, kok malah ngamuk di sini :p


Belajar memahami perbedaan kepercayaan bukan cuma saya dapat dari lingkungan sekolah dan tempat tinggal saya, tapi juga keluarga. Keluarga saya multikultural. Ga di keluarga ayah, ga di keluarga ibu, sodara-sodara saya yg muslim juga banyak sekali. Jadi, tiap lebaran saya pasti ikut ngerayain Lebaran, seru, kumpul bareng keluarga besar. Saya bukan orang yg fanatik, karena saya ga lebaranan terus saya ga mau datang, blahh. Pandangan yg sangat picik menurut saya. Perayaan seperti Lebaran dan Natal menurut saya adalah hari kemenangan, kebahagiaan, akan lebih indah kalau dinikmati bersama, dirayakan bersama, bukan cuma dengan mereka yg memang merayakan, tapi semua orang. Di sinilah saatnya kita berbagi, menghargai yg ada. Perbedaan seperti ini harusnya menjadi semacam tantangan. Di dalam Kristiani, mengasihi sesama adalah yg paling penting. Bukan cuma mengasihi yg seiman, tp juga yg tidak seiman. Kalo kita berhasil melakukan itu, that' totally awesome!

Saya ngomong kayak gini bukan karena saya prihatin dengan orang-orang saat ini. Masalah agama sepertinya terlalu dijadikan alasan untuk bertikai. Perang agama, pembunuhan atas dasar peduli agam, dsb. Kenapa sih harus ada seperti itu? Bukankah hidup berdampingan itu lebih baik? Jujur, saya ga terlalu suka dengan orang yg terlalu fanatik dengan agamanya. Agama apapun itu. Segala sesuatu yg berelebihan ga akan pernah berujung baik. Saya memang Kristiani, tapi saya bukan yg fanatik. Lingkungan saya mengajarkan saya untuk bisa menerima perbedaan yg ternyata indah. Pelajaran itu ga cuma saya dapatkan dari mereka yg Kristiani, tetapi juga yg Muslim, Hindu, maupun Buddha :) Dengan adanya mereka, justru hidup saya jadi lebih indah :) God bless you all guys :)


3 comments:

TIMMY said...

seharusnya, di dunia yang semakin modern ini, udah jamannya terbuka dengan pluralisme. jaman dulu, disaat ada pihak yang beda dikit, maen intimidasi. sekarang seharusnya udah gak bisa berlaku seperti itu. kalo kita berbicara INDONESIA, PANCASILA sebagai dasar pemersatu keberagaman malah justru dikesampingkan karena ego pihak2 tertentu. maka gak heran muncul SARA di INDONESIA. ini aneh. berarti sebenarnya PANCASILA hanya sekedar wacana. padahal untuk mencapai peresmiannya banyak pengorbanan. di sini berarti memang bangsa kita itu tidak menanamkan sifat menghargai. menghargai perjuangan pendahulu kita, dan juga sesama kita yang berbeda. memprihatinkan memang!!
ada suatu pengibaratan yang menarik dari sodara simin (tetangga kamar kosnya ucok): "pilihan seseorang untuk memakai baju apa adalah hak dan tidak bisa dipaksakan. apabila baju kita berbeda, hargailah. karena hidup ini memang beragam"
intinya gitu. kalimat tepatnya aku lupa car!! hehehehe...

kuncinya saling menghargai
dan justru kunci ini yang lagi hilang.

-semoga kedamaian segera tercipta di dunia ini-


AMIN!!!!

PARAMITA RUT said...

wow! what a long comment :p U've got it right. We live in a complex country at all. Respect others is a-must-do-activity :)

TIMMY said...

iyah!! karena jengkel aja!! mbok ya biasa aja. beda bukan berarti terus dibeda2 khan!! ^^

-hidup damai berdampingan itu indah-