Seriously, internet memang sangat
membantu saat-saat seperti ini. Informasi travel menuju Biduk biduk pun kami
dapatkan dari review para bloggers.
Tujuan kami memang ke Berau, tapi
tujuan utama kami bukanlah kota ini. Kalau Berau mungkin kalian sering dengar,
tapi gimana dengan Biduk biduk? Mungkin agak asing ya. Tapi kalau Danau Labuan
Cermin?
Sebagai penggila ataupun
followers aktif instagram tempat-tempat wisata di Indonesia, kalian pasti ga
asing dengan Danau Labuan Cermin yang fenomenal. Danau dua rasa, begitu
biasanya mereka menyebutnya. Bagian atas danau merupakan air tawar, sedangkan
bagian bawah adalah air laut alias air asin sehingga spesies yang hidup di
danau ini gabungan dari 2 habitat tersebut.
Dan danau seperti ini hanya ada 2 di dunia, wow! Labuan Cermin ini
terletak di sebuah desa bernama Biduk-biduk. Desanya seperti apa? Let me tell you later ;)
***
Sebuah pesawat tipe ATR membawa
kami dengan selamat ke Bandara Kalimarau di Kota Berau (Tanjung Redep) dari
Kota Balikpapan. Untuk ukuran kota kecil, Bandara ini cukup membuat saya
tercengang. Bandara dengan desain minimalis full
of glass ala-ala bandara baru desain minimalis di Indonesia.
Kami langsung menghubungi Bapak (saya
lupa namanya, 082149699710) yang kebetulan bisa mengantar kami ke Biduk biduk.
Awalnya, informasi yang saya dapatkan, tarif travel ke Biduk-biduk Rp 170.000/
orang. Tetapi karena kondisi travel tidak penuh, setelah negosiasi yang cukup
berbelit-belit, akhirnya tarif deal di harga Rp 200.000/ orang. Sebelumnya si
Bapak minta Rp 250.000/ orang. Maklum yaa bok, kami backpacker, setiap rupiah begitu berarti :p FYI, transportasi ke Biduk-biduk memang sulit,
tidak ada transportasi umum sehingga hanya bisa mengandalkan penduduk lokal
yang sedang berada di Tanjung Redep untuk kembali ke daerahnya. Kalau mau
rental mobil, biayanya bisa Rp 800.000-900.000 sekali jalan.
Perjalanan menuju Biduk-biduk
ditempuh selama lebih kurang 6 jam perjalanan darat. Perjalanan kami dimulai
pada pukul 2 siang, dan akhirnya tiba di desa Biduk Biduk pukul 8 malam waktu
setempat. Selain karena jarak yang jauh, jalanan menuju Biduk-Biduk bisa
dibilang sangat rusak sehingga lebih banyak memanfaatkan rem daripada gas :p Di
awal-awal perjalanan, pemadangan sekitar hanya hutan-hutan belantara dengan
binatang-binatang liar. Melihat anjing, ular, dll mati di tengah jalan sudah bukan hal
yang asing. Mendekati tujuan utama, kondisi sudah malam sehingga tidak terlihat
pemandangan sekitar. Yang jelas, saya sudah bisa mencium aroma-aroma air laut
dan disuguhi pohon-pohon kelapa yang terbentang sepanjang jalan.
Pak Travel menyarankan kami untuk
meniginap di Penginapan Mayangsari (081250716485). Dengan tarif Rp 200.000/ malam,
kami mendapatkan fasilitas tempat tidur, kamar mandi dalam, dan AC. Penginapan
di daerah Biduk-biduk cukup banyak. Bukan bentuk hotel, hanya seperti rumah
penduduk dengan jumlah kamar yang banyak. Tapi kalau untuk tempat makan, susah
banget nemuin tempat makan di sini hanya ada beberapa warung kecil. Desa ini
bener-bener seperti desa penduduk, yang penghuninya sudah masuk ke dalam rumah
semua di atas pukul 8 malam. Desa ini bukan di setting sebagai desa wisata
sehingga untuk beberapa traveler nekat seperti kami yang jujur tanpa persiapan,
kami cukup kebingungan.
Selain Danau Labuan Cermin, sebenarnya kami punya tujuan lain yaitu Pulau Kaniungan. Tetapi, berdasarkan beberapa informasi yang kami dapatkan, kondisi gelombang sedang tinggi sehingga tidak ada kapal nelayan yang mau mengangkut penumpang ke sana. Di travel yang kami tumpangi, kebetulan ada seorang polisi yang membantu kami untuk mencarikan kapal. Katanya, kalau kapal ukuran besar mungkin masih mau untuk berlayar.
Selain Danau Labuan Cermin, sebenarnya kami punya tujuan lain yaitu Pulau Kaniungan. Tetapi, berdasarkan beberapa informasi yang kami dapatkan, kondisi gelombang sedang tinggi sehingga tidak ada kapal nelayan yang mau mengangkut penumpang ke sana. Di travel yang kami tumpangi, kebetulan ada seorang polisi yang membantu kami untuk mencarikan kapal. Katanya, kalau kapal ukuran besar mungkin masih mau untuk berlayar.
Sabtu, 27 Februari 2016
Yeay! Bangun pagi dengan aroma
pantai dan air laut, it’s heaven. My
Vitamin-SEA is finally back! Woohooo! Dengan mata yang masih lengket karena
masih ngantuk, saya bangun dan keluar ke depan penginapan. Finally, bisa
ngeliat bentuk asli dari Desa Biduk biduk yang semalam Cuma bisa di terawang :p
Pohon kelapa berderet rapi dengan garis pantai yang luar biasa panjang. Surga!
Susah ngungkapin dengan kata-kata, kira-kira begini ya panampakannya :D
Benar-benar pagi yang
menyenangkan. Dengan semangat 45 kami bergegas mandi dan sarapan supaya bisa
cepat ke pelabuhan menemui kapal yang akan mengantarkan kami ke Kaniungan.
Jujur agak random karena si polisi belum memberikan kepastian pada kami.
Sembari menunggu info, kami berkeliling desa. Sekitar pukul 10.00 WITA si
polisi baru menghubungi kami dan menyuruh kami untuk pergi ke pelabuhan. Now
what? Kami ga tau gimana caranya ke pelabuhan. Si pemilik penginapan menawarkan
motor mereka untuk dipinjam, ya istilahnya rental sktr Rp 50rb seharian. Kami
pun bergegas menuju pelabuhan lengkap dengan peralatan tempur kami. Desa
Biduk-biduk merupakan sebuah desa di tepi pantai, terdiri dari beberapa dusun.
Nah, pelabuhan yang kami tuju berada di
dusun yang paling ujung dari Biduk-biduk. Sambil mengendarai motor yang
melaju tidak terlalu kencang *sengaja sih* :D, kami menikmati perjalanan dengan
rambut terhempas angin pantai. Sungguh pemandangan yang sangat memanjakan mata.
Pesisir pantai berwarna biru dan hijau yang begitu panjang, sapi yang
berkeliaran di tengah jalah, what a day!
Smuanya tampak sempurna sebelum kejadian ban motor bocor >.< Kami baru
setengah jalan menuju pelabuhan, tanya beberapa warga di mana tambal ban,
ternyata tidak ada yang buka. Akhirnya kami memaksa mengendarai motor tsb
kembali ke penginapan. Pupus sudah harapan kami mengingat hari semakin siang.
Memang benar, mukjizat itu nyata. Saudara si pemilik penginapan sedang berkunjung dan akhirnya
menawarkan untuk mengantar kami dengan pick up miliknya. Why not? Lets go dude >.<
Sampai di pelabuhan, kami bertemu
dengan polisi di travel semalam. Ternyata beliau adalah polisi yang menguasai
daerah laut dan perairan di desa itu, otomatis dia tau kapal dari mana saja
yang transit atau menepi di sana. Dan dia menawarkan kami untuk naik kapal
milik beberapa orang dari daerah Sulawesi yang sedang transit di sana. Sebuah
kapal yang cukup besar dan sangat bersih. Awalnya kami takut, kami hanya cewek
berdua sedangkan mereka 6 orang lelaki yang tidak kami kenal. Awalnya saya menerapkan
prinsip don’t talk to stranger. Tapi mulut gemas juga pingin ngobrol, kepo juga
untuk tanya-tanya semua hal yang saya temui di perjalanan. Akhirnya mulai lah
basa basi dan kami menjadi akrab dgn mereka. Tadinya mereka mengira kami
sombong, ehh akhirnya malah jadi ngobrol terus dan tidak sadar dengan ombak
yang menghempas kami dengan gagahnya. Kalau tidak kapal besar, sudah pasti akan
tenggelam.
Bersama dengan seluruh awak
kapal, kami akhirnya tiba di Pulau Kaniungan. Kami menyusuri pulau yang tidak
terlalu besar. Sayang langit sedikit kurang mendukung karena mendung, tapi
tidak menyurutkan kebahagiaan kami. Hanya ada beberapa penduduk di pulau ini,
tidak lebih dari 5 rumah. Kata para awak kapal, penghuni pulau ini kebanyakan
pendatang dari Sulawesi sehingga mereka langsung akrab dengan beberapa warga.
Kalian tau apa yang mereka lakukan? Mereka minta ijin untuk mengambil kelapa
langsung dari pohonnya. WOW! Dengan keahlian memanjat yang terbilang handal,
mereka menaiki pohon kelapa dengan mudahnya dan melemparkan beberapa butir ke
bawah. Kami di bawah dengan girang menangkapnya :D Entah memang karena haus
atau doyan, kelapa-kelapa ini terasa sangat nikmat. Apalagi minum langsung dari
buahnya, mengorek langsung dengan batoknya, asiiiik! This is how to be survive kalo lagi terdampar di pulau tak
berpenghuni. Setelah berkeliling pulau dan mandi-mandi di laut, kemi memutuskan
untuk kembali supaya ga kesorean ke Labuan Cermin. Penjalanan pulang terasa
lebih cepat dan menyenangkan karena kami habiskan dengan mengobrol ini itu.
Thanks ahjussi, sampai ketemu di daratan Sulawesi :D
The Famous Labuan Cermin
Setibanya di daratan, kami sudah
dijemput olah saudara pemilik penginapan yang bernama Jupriyadi. Akhirnya kami
merental mobil dia plus dia-nya sebagai supir untuk mengantarkan kami. Danau
Labuan Cermin berada di Dusun Labuan yang kebetulan adalah tempat tinggal
Jupri. Lumayan, kami dapat bonus tour guide juga :D Sesampai di dermaga, kami
membeli tiket kapal untuk menyebrangnya. Tarifnya hanya Rp 100rb per kapal PP
untuk maks 10 penumpang. Di loket tiket, tiba-tiba bapak penjual tiket
menyampaikan sebuah pesan yang ternyata dari ibu-ibu yang ada di travel bareng
kami. Katanya ‘kalau ada 2 cewe yang datang, dari Jakarta, disuruh mampir ke
rumahnya’. Dan ternyata rumah ibu itu di sebelah loket penjual tiket. Akhirnya
kami mampir dan ngobrol-ngobrol sebentara di warungnya sebelum melanjutkan
perjalanan :D
Perjalanan ke danau sangat dekat,
hanya sekitar 20-30 menit dari dermaga. Ketika sampai di sana, ternyata cukup
ramai karena ada seorang anak pejabat yang sedang berlibur ditemani
ajudan-ajudan yang luar biasa banyaknya. Kami mengambil spot yang agak
pinggir, tapi lebih bagus katanya. Karena spot yang dipakai anak pejabat sudah
terlalu mainstream di dunia per-instagram-an. *Padahal iri pingin ambil spot itu juga tapi kalah cepet :p Kami berenang di tepian danau,
dalam sekali ternyata. Berhubung kemampuan renang saya terbatas, saya ga berani
sampai spot yang terlalu dalam. Apa yang saya lihat dengan mata kepala saya
sendiri jauh lebih indah dari di foto <3 <3 <3. Untung cuaca di sini
sedang cerah jadinya danaunya kelihatan begitu indah.
Tapi mianhe-yo (read: maaf), foto
yang saya ambil tidak bisa seindah aslinya karena hanya menggunakan kamera
handphone seadanya. But surely, kalian harus ke sini,
jauhnya perjalanan kalian bakalan terbayar lunas, trust me!
Kami hanya sekitar 2 jam di area
danau dan akhirnya kembali ke dermaga. Kami buru-buru beranjak supaya bisa
hunting sunset. Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu sunset di Pantai
biduk-biduk. Sebenarnya kalau ditanya ini pantai yang mana, agak bingung
menjelaskannya karena sepanjang desa Biduk-biduk adalah pantai semua. Terima
kasih sunset sudah menutup sore hari kami dengan sangat indah :)
Malamnya kami pergi ke pelabuhan
menikmati bintang-bintang yang bertaburan di langit bersama orang-orang desa
Biduk-biduk. Tampaknya ini tempat hiburan mereka satu-satunya :D
Sembari menikmati bintang dengan mata telanjang, tiba-tiba kami teringat sesuatu. Kami hampir saja lupa memesan travel untuk kembali ke Berau. Dan kami mulai panik karena tidak ada orang Biduk-biduk yang akan kembali ke Berau esok hari. Mereka mau jalan asalkan dengan tarif rental. What? 900rb? Ga sanggup! Akhirnya dibantu oleh Jupri, dia tanya ke beberapa tmnnya untuk membantu kami. Tapi tidak ada satupun yang dapat membantu kami. Akhirnya Jupri menawarkan bantuan untuk mengantar kami ke Berau karena kebetulan dia juga ada keperluan, walaupun tidak urgent. Kami harus berangkat maks jam 8 pagi esok hari supaya tidak ketinggalan pesawat. Pesawat kami menuju Balikpapan pukul 16.00. Perjalanan +/ 6 jam.
Sembari menikmati bintang dengan mata telanjang, tiba-tiba kami teringat sesuatu. Kami hampir saja lupa memesan travel untuk kembali ke Berau. Dan kami mulai panik karena tidak ada orang Biduk-biduk yang akan kembali ke Berau esok hari. Mereka mau jalan asalkan dengan tarif rental. What? 900rb? Ga sanggup! Akhirnya dibantu oleh Jupri, dia tanya ke beberapa tmnnya untuk membantu kami. Tapi tidak ada satupun yang dapat membantu kami. Akhirnya Jupri menawarkan bantuan untuk mengantar kami ke Berau karena kebetulan dia juga ada keperluan, walaupun tidak urgent. Kami harus berangkat maks jam 8 pagi esok hari supaya tidak ketinggalan pesawat. Pesawat kami menuju Balikpapan pukul 16.00. Perjalanan +/ 6 jam.
Minggu, 28 Februari 2016
HAPPIES BIRTHDAY to MY DEAR IBU from Biduk-biduk! <3
Love you to the moon and back :*
Pukul 8 pagi kami sudah siap.
Mandi (checked), Sarapan (checked), we’re ready but not ready actually. Masih
pingin di sini, bangun pagi dan menghirup udara laut yang segar, lagit biru
cerah. Sambil menunggu Jupri, kami berjalan berkeliling desa.
Pukul 08.30 Jupri tak kunjung
datang, kami mulai panik. No telp tidak aktif, kami ga ada alternatif lain
untuk kembali di Berau. Untungnya pukul 09.00 Jupri sampai di penginapan, katanya
hp-nya lowbatt dan dia ketiduran. Huaaa, kita udah panik setengah mati, untung
dia nongol juga akhirnya , fiuuhh.
Kami langsung bergegas berangkat
karena udah mepet banget waktunya. Bermodalkan pick up ikan alias Colt T, kami
melibas jalanan Biduk-Biduk menuju Tanjung Redep. Dengan mobil super nyaman aja
masih terasa seperti di blender. Bisa dibayangin dong kalau naik pick up gimana
ahhahaha. Empuk empuk tajam gitu rasanya >.< Akhirnya tepat 6 jam kami
tiba di Bandara Kalimarau Berau, tepat satu jam sebelum pesawat kami tinggal
landas, untung masih keburuh, thanks God :D Thanks Jupri. Akhirnya kami
memasuki pesawat dengan perasaan sedih sekaligus senang. Sedih karena belum
puas liburan tetapi senang dengan cerita dan pengalaman yang kami bawa.
We’re ready for Berau --> Balikpapan -->
touchdown Jakarta.
See ya on the next ‘funtastic’ trip :D