Berawal dari sebuah bercandaan, berakhir dengan peperangan.
Hmm, ternyata ga mudah mengajak bercanda orang lain. Selera humor tiap orang berbeda. Ada yang selera humornya tinggi banget sampai terkadang terkesan cuek. Tapi ada juga yang kebalikannya, terlalu serius sehingga bercandaan jenis apapun bakal ditanggapi serius.
Itu yang terjadi pada saya dan teman-teman kemarin siang. Kami orangnya iseng, jahil, suka bercanda. Tapi ternyata bisa dibilang kita salah tempat. Pacar dari orang yang kami anak bercanda ternyata ga bisa terima bercandaan kami. Masalah pun dimulai. Dari perang comment di status facebook sampai tragedi hacking account facebook teman saya.
Menurut saya, bercandaan itu standar banget, semua orang saya yakin pernah melakukannya. Tapi ternyata kami lagi ga beruntung. Si "kunti" marah besar. Kami, 5 orang cewek dari berbagai angkatan dan fakultas (1 anak 2004, 2 anak 2005, dan 2 anak 2006) dibantu oleh seorang cowok (Anak 2005) berusaha meredam emosi si "kunti" *sebut saja dia "kunti"*. Dari awal begitu kami tahu dia marah, kami langsung minta maaf. Tapi apa yang terjadi? Bukannya ada itikad baik untuk memaafkan atau bagaimana, dia malah dengan sengak-nya menantang kami. semakin memperkeruh suasana. Heloooo, dia anak 2009, tapi ngerasa kelakukannya sangat dewasa sedangkan kami adalah orang dewasa dengan kelakukan anak kecil. Kalau saja kami ga respek sama cowoknya, pasti dia uda dicincang abis. Dan saya rasa, cowoknya menganut sistem SSTI (Suami-suami Takut Istri). Dia ga berani ngomong apa-apa.
Oke, awalnya, setelah comment-comment ga pentingnya itu ga kami tanggapi dia akan bungkam dan menganggap masalah ini selesai. Ternyata salah. Dia kirim message ke facebook saya dengan kata-kata ketusnya, tapi tidak saya tanggapi. Ga penting!
Sekitar dini hari tadi, tiba-tiba si kunti comment di status facebook teman saya. Saya kaget. Teman saya ga pernah punya account si kunti, tapi kenapa bisa comment? Ternyata account teman saya di-hack. Dia mulai comment macam-macam, panjang layaknya khotbah. Omongannya bertele-tele. Dia menghakimi kami seakan-akan kami penjahat kelas kakap yang berniat mencuri "pangeran"nya. Oke, kami tahu, cowoknya emang cakep. Tapi dia? just like a servant. *Maaf omongan saya terlalu ketus :p Dia berlaku seperti ini karena takut kehilangan atau karena posesif? Saya rasa dia psycho. Untung ada teman cowok saya yang melerai, kalau ga gitu, dia ga bakal bungkam. Setelah kami minta maaf kedua kalinya, dia baru bilang "gini kek dari tadi, biar semuanya jelas". Ohh, ternyata harus diomongin cowok dulu biar dia mau nurut.
Sebagai cewek, saya saja jengah liat tingkah laku dia. Apalagi cowok?
Hmmm, semoga kalian ga pernah punya masalah dengan orang psycho, susah ngurusnya :p
Cuma gara-gara masalah kecil dan sepele, kalian akan jadi artis dalam semalam, berita kalian akan dicari-cari. Cobalah selesaikan dengan cara baik-baik, tapi kalau ga bisa, mulut dan fisik yang akan bertindak. Kejarrrrrr! :D
*ini kedua kalinya saya harus berurusan dengan masalah seperti ini :( Kuncinya cuma satu, diamkan saja, biarkan mereka menggonggong, masalah menguap begitu saja :)
1 comment:
ehh jgn di kasih na,a kunti.. kebagusan tauk.. kalo kuntil baru buruk...
Post a Comment